Meta, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp, kembali membuat gebrakan besar dalam dunia kecerdasan buatan (AI). Pada Juni 2025, Meta secara resmi mengumumkan pembentukan tim riset baru bernama “Superintelligence”, yang bertujuan mengembangkan AI dengan kemampuan setara atau bahkan melampaui manusia dalam berbagai aspek kognitif. Langkah ini menandai ambisi Meta untuk bersaing langsung dengan pemain besar seperti OpenAI, Google DeepMind, dan Anthropic.
Apa Itu “Superintelligence”?
Tim “Superintelligence” adalah divisi baru dalam struktur Meta AI Research, yang akan berfokus pada pengembangan Artificial General Intelligence (AGI)—yakni bentuk AI yang mampu memahami, belajar, dan beradaptasi secara fleksibel seperti manusia, bukan sekadar menjalankan tugas terbatas seperti AI konvensional.
Menurut Meta, tujuan akhir tim ini adalah menciptakan sistem AI yang sadar konteks, dapat mengambil keputusan kompleks, dan mampu berinovasi secara mandiri. Ini adalah level kecerdasan yang selama ini di anggap sebagai “garis akhir” dari perkembangan teknologi AI.
Di pimpin oleh Yann LeCun
Di visi ini akan di pimpin oleh Yann LeCun, Chief AI Scientist Meta dan salah satu tokoh utama dalam perkembangan deep learning modern. LeCun di kenal sebagai pelopor jaringan saraf konvolusional (CNN) dan telah lama mendorong pendekatan AI yang lebih mirip dengan cara kerja otak manusia.
Dalam pernyataan resminya, LeCun menyebut bahwa pendekatan tim ini akan lebih menekankan pada pemahaman dunia nyata, pembelajaran mandiri tanpa pengawasan (unsupervised learning), serta kemampuan penalaran logis dan abstraksi, yang belum di miliki oleh AI saat ini.
Bukan Sekadar Chatbot atau Asisten Virtual
Berbeda dengan chatbot berbasis Large Language Model (LLM) seperti ChatGPT, Gemini, atau Claude, Meta menegaskan bahwa Superintelligence bukan hanya akan mengandalkan pemrosesan bahasa. Sistem AI masa depan ini diharapkan mampu memahami gambar, video, suara, sensor, dan bahkan lingkungan 3D secara simultan, menciptakan AI multimodal sejati.
Tantangan Etika dan Keamanan
Langkah Meta ini tentu mengundang berbagai reaksi, terutama dari kalangan etika teknologi. Pengembangan superintelligence berpotensi membuka peluang luar biasa, tetapi juga membawa risiko besar. Beberapa pakar memperingatkan tentang kemungkinan AI tidak terkendali, manipulatif, atau bahkan berbahaya jika tidak diawasi secara ketat.
Meta sendiri menyatakan akan membentuk komite etik dan transparansi untuk mengawal proses ini, serta berkolaborasi dengan akademisi dan regulator global guna memastikan pengembangan yang bertanggung jawab.
Apa Implikasinya untuk Dunia?
Jika proyek ini berhasil, Meta bisa menjadi perusahaan pertama yang menghadirkan AGI dalam bentuk praktis, yang tidak hanya merevolusi sektor teknologi, tetapi juga pendidikan, industri, kesehatan, bahkan militer. Namun, pencapaian AGI masih menjadi perdebatan besar—apakah mungkin terwujud dalam 5 atau 50 tahun ke depan, masih belum pasti.